Desa Muara Jambi merupakan Desa yang sangat tua yang terletak di Kecamatan Maro Sebo Kabupaten Muaro Jambi. Beberapa orang tua dan buku sejarah menerangkan bahwa pada zaman dahulu nenek moyang kita berasal dari Cina Daratan seperti Mongolia dan sebagian dari India. Pada waktu itu berlayar dari Negara Cina daratan untuk menuju ke pulau Jawa atau ke bagian Timut Indonesia, mereka berhenti sementara di daerah Kampung Laut di Muara Sabak untuk menunggu perputaran angin. Selanjutnya, dalam pemberhentian sementara berkisar enam bulan bermukim dipantai timur Provinsi Jambi maka pada tahun 643 M mereka menuju ke pedalaman sungai Batanghari untuk mendirikan Rumah Ibadah agama Budha atau Candi yang tempatnya strategis dan lebih aman dari banjir maka terpilihlah di Desa Muara Jambi sekarang ini.
Setelah berdirinya bangunan candi tersebut maka berkembanglah ajaran agama Budha di pulau Sumatera khususnya di Provinsi Jambi dan keberadaan Candi tersebut lebih tua 100 tahun di bandingkan dengan candi borobudur di Magelang Jawa Tengah, berdasarkan penelitian purbakala Provinsi Jambi.
Dari Zaman Kerajaan dahulu yaitu kerajaan Melayu Kuno berkembang dan makmur pada abad ke-7, kemudian dikuasai oleh Kerajaan Sriwijaya abad ke-9 M s/d 11 M dan terjadi pergantian Era Islam. Setelah islam masuk ke desa Muara Jambi pada abad ke-15 M maka pada waktu itu masyarakat yang beragama Budha meninggalkan tempat ibadah atau kerajaan, sehingga Desa Muara Jambi terjadi kekosongan tanpa penghuni.
Setelah beberapa abad kemudian datanglah orang dari daerah hulu sungai batanghari atau dari mudik singgah di desa tersebut dan lama kelamaan beranak pinak menetap dengan mata pencaharian menilik ikan di sungai batanghari.
Kemudian pada zaman Belanda Desa Muara Jambi sudah berkembang dengan pesat dan terkenal dengan menghasilkan Karet, Kopi dan Rotan. Pada waktu itu pemasarannya di Singapura dan banyak kapal yang berlabuh untuk membawa hasil bumi ke singapura maka dari itulah Desa Muara Jambi menjadi desa yang sangat makmur. Zaman Belanda pada abad ke-18 terjadi di Desa Muara Jambi penangkapan seorang pendekar bernama Raden Mataher oleh pemerintahan Belanda. Maka terjadilah penembakan/penculikan. Pada waktu itu Raden Mataher dibawa ke Negeri atau Kota Jambi menurut cerita orang tua.
Raden Mataher adalah pendekar yang sangat setia dengan Desa Muara Jambi . Maka beliau berpesan kalau aku meninggal tolong salah satu anggota tubuhnya untuk di tanam di Desa Muara Jambi. Maka dengan itu di Desa Muara Jambi tempatnya di sebelah Laut Candi Kembar Batu ada sebuah Kuburan Kelingking Raden Mataher.
Dusun tuo yang sekarang ini terkenal dengan Desa Muara Jambi. Panamaan tersebut yaitu pada Zaman Keresidenan di sebabkan Anak Sunagi yang ada di dalam kawasan peninggalan purbakala bermuara ke sungai yang besar (Batanghari) anak sunagi bersebut bernama Sungai Jambi. Pada Zaman Belanda sebagai ibu kola pemerintahan pada waktu itu setelah berkembang pada Zaman Kemerdekaan maka Kedemangan yang di perintah oleh Demang setelah itu menjadi Marga, yaitu Marga Maro sebo yang dipimpin oleh pesirah dari 9 (sembilan) Desa yaitu :
- Kampung Muara Jamabi
- Kampung Kemingking Dalam
- Kampung Talang Duku
- Kampung Tebat Patah
- Kampung Kemingking Luar
- Kampung Teluk Jambu
- Kampung Mudo
- Kampung Kunangan
- Kampung Sekumbung
Pada saat ini Desa Muara Jambi merupakan Desa tujuan wisata sejarah utama di Provinsi Jambi di Karenakan banyak peninggalan purbakala yang sangat luas di Asia Tenggara.
Sampai saat ini Desa Muara Jambi telah mengalami pergantian kepala Desa sebanyak 14 kali, yaitu:
- Kedemangan
- Demang Wiro Sentek
- Pasirah
- Datuk Pentol
- Abdi Roni (Mengguk)
- Drani
- Mamat
- Arbain
- Manas
- Abdullah
- Sargawi
- Abdullah
- Ibrahim
- M
- PJS Eko Sariputra
- Abu Zar